Berwisata Sejarah ke Keraton Jogjakarta



19 Januari 2019
Sugeng enjing, jogja...
Pagi ini kita akan menuju keraton jogja. naiklah kami dengan menggunakan taksi online, namun aku meminta mas supirnya yang baik untuk mengantar ke pusat oleh-oleh bakpia pathok untuk membeli oleh-oleh.

Aku dan suamiku sangat suka bakpia pathok, namun konon katanya yang asli awal dan terbesar itu yang merek dagangnya adalah "Bakpia Pathok 25". Bakpia ini teksturnya lembut, isi kacang hijaunya manis, dan bentuknya yang imut.

Berbeda dengan pia yang aku beli di Sidoarjo atau Surabaya yang teksturnya cenderung keras, gurih, dan agak besar.

Benar saja, masih jam 8 pagi, mobil dan bus pariwisata sudah berjejer di depan outletnya. aku bisa melihat langsung proses pembuatannya, sebuah nilai plus yaitu this is fresh from the oven.

Satu kardus kecil bakpia ini dibanderol dengan harga Rp. 35.000. Ada juga yang versi premiumnya dengan harga Rp. 45.000.





\
Setelah itu kita langsung menuju keraton. Aku langsung membeli tiket seharga Rp. 7500,- dan tiket fotografinya Rp. 1000. Kalau untuk turis mancanegara tiket masuknya Rp. 15.000,-. Mungkin disamakan dengan harga dolar kali ya hehe, sotoy amat, eh soalnya dulu pas harga dolar di angka Rp. 12.000an tiket masuknya juga Rp.12.000 an.

Saat kita mau masuk dan memberikan tiket masuk, kami dicegat oleh bapak penjaganya dan diberitau bahwa kami tidak boleh menggunakan stroller saat di dalam, jadi stroller harus dititipkan di pintu penjagaan tersebut.



Aku mengambil gendongan dan kipas portabel yang wajib di bawa demi kelangsungan mood anakku yah, karena jogja panas sekali hari itu.

Saat masuk pintu besar pertama, suara gending khas jawa mulai berbisik seakan emberikan ucapan selamat datang. kamipun berhenti sejenak, ternyata akan ada pentas wayang.



Lanjut, kami masuk ke pintu besar kedua. jadi kata bapak penjaganya tadi ada 3 pintu besar yang ada di dalam. Begitu luas dan megah bangunannya, meskipun sudah nampak terlihat bahwa bangunan-bangunan itu sudah berumur cukup lama.




Indah nan Klasik, itu yang terlintas. Dan ada yang menarik pandanganku yaitu pendopo yang sangat luas, yang sering masuk TV tuh. Biasanya menjadi seremonial upacara pernikahan putra putri sultan. Bangunan pendopo itu ada berbagai macam filosofi dibaliknya, begitu juga dengan bangunan-bangunan yang lain.

dan ternyata sebagian besar bagian keraton yang ditujukan untuk wisatawan adalah berupa museum. Mulai dari barang barang perabotan dapur, semua tentang hobi Sultan hamengkubuwono, singgasana, tempat duduk, baju baju adat, dan barang-barang yang pernah dipakai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.

Eh dan ada satu tempat yang di luar ruangannya itu ada tulisan "Dilarang Mengambil Foto" yaitu pada Museum Batik. Jadi, di dalamnya ada berbagai macam Batik berbagai motif dan foto orang yang memakainya. Semacam hibah.

Hari itu banyak turis, aku mendengar percakapan mereka samar-samar. Ada yang dari Turki, Inggris, Malaysia, bakan China. Mereka aja penasaran dan lihat budaya Indonesia, yuk kita jaga warisan budaya kita ya dan bangga menjadi orang Indonesia.

Wah, ternyata aku bisa tau lebih jauh tentang keraton jogja, dan tak heran bahwa hanya Jogja yang merupakan daerah istimewa yang ada dalam pemerintahan Indonesia. Yuk, berwisata sejarah ke keraton jogja..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Naavagreen Natural Skincare Sidoarjo

Review Hotel Jogja Murah : OYO 194 Hotel Sapta Gria

TAMANSARI WATER CASTLE JOGJA